"Segala Puji bagi Allah yang telah mempertemukan kita lewat blog ini, Semoga Shalawat serta Salam selalu tercurah kepada Qudwah kita Nabi Allah Muhammad SAW.,beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman"

Jumat, 04 Oktober 2013

ALAM | ILMU | AMAL | ALIM



بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Dalam sebuah ayat al-Quran dikatakan, “Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan ditanya,”

[ Surah Al-Isra:36 ]

Ayat al-Quran tersebut menjelaskan bahwa ilmu merupakan dasar dari segala tindakan manusia. Kerana tanpa ilmu segala tindakan manusia menjadi tidak terarah, tidak benar dan tidak bertujuan.

Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang bererti memperolehi hakikat ilmu, mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum, ertinya ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu bererti keyakinan dan pengetahuan. Jadi ilmu merupakan aspek teori dari pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia mempunyai ilmu tapi miskin amalnya maka ilmu tersebut menjadi sia-sia.

Manusia dilahirkan di bumi ini dalam keadaan bodoh, tidak mengerti apa-apa. Lalu Allah mengajarkan kepadanya berbagai macam nama dan pengetahuan agar ia bersyukur dan mengabdikan dirinya kepada Allah dengan penuh kesedaran dan pengertian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

[ Surah An-Nahl: 78 ]

Dalam beberapa riwayat  di jelaskan tentang hubungan ilmu dan amal itu. Imam Ali as berkata :

“Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikutnya.”

Demikian juga dengan perkataan Rasulullah saw :

“Barangsiapa beramal tanpa ilmu maka apa yang dirosaknya jauh lebih banyak dibandingkan yang diperbaikinya.”

Pada riwayat lain dijelaskan Imam Ali as berkata :

“Ilmu diiringi dengan perbuatan. Barangsiapa berilmu maka dia harus berbuat. Ilmu memanggil perbuatan. Jika dia menjawabnya maka ilmu tetap bersamanya, namun jika tidak maka ilmu pergi darinya.”

Dari riwayat di atas maka jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu, begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang harmonis saling melengkapi dalam kehidupan manusia, iaitu setelah berilmu lalu beramal.

Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal soleh, atau setiap perbuatan kebajikan yang diredhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia. Misalnya pengembangan ilmu sains dan teknologi akan memberikan kemudahan dalam lapangan praktik kehidupan manusia. Demikian juga pengembangan ilmu-ilmu sosial akan memberikan solusi  jawapan untuk pemecahan masalah-masalah yang rumit di lingkungan masyarakat secara umumnya.

Jadi mengiringi ilmu dengan amal merupakan keharusan. Dalam pandangan Khalil al-Musawi dalam buku Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, hubungan ilmu dengan amal dapat difokuskan pada dua hal:

Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal dapat lurus dan berkembang bila didasari ilmu. Berbuat tanpa didasari pengetahuan tidak ubahnya dengan berjalan bukan di jalan yang benar, tidak mendekatkan kepada tujuan melainkan menjauhkan perjalanan. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu, baik itu yang berupa  amal ibadah mahupun amal perbuatan lainnya.

Dalam ibadah harus disertai dengan ilmu. Jika ada orang yang melakukan ibadah tanpa didasari ilmu tidak ubahnya dengan orang yang mendirikan bangunan di tengah malam dan kemudian menghancurkannya di siang hari. Begitu juga, hal ini pun berlaku pada amal perbuatan yang lain, dalam berbagai bidang. Memimpin sebuah negara, misalnya, harus dengan ilmu. Negara yang dipimpin oleh orang bodoh akan dilanda kekacauan dan kehancuran.

Kedua, sesungguhnya ilmu dan amal saling beriringan. Barangsiapa berilmu maka dia harus berbuat dengan amal, baik itu ilmu yang berhubungan dengan masalah ibadah maupun ilmu-ilmu yang lain. Tidak ada faedahnya jika ilmu itu tidak diamalkan. Amal merupakan buah dari ilmu, jika ada orang yang mempunyai ilmu tapi tidak beramal maka seperti pohon yang tidak menghasilkan manfaat bagi penanamnya.

Begitu pula, tidak ada manfaatnya ilmu fikih yang dimiliki seorang fakih jika dia tidak mengubahnya menjadi perbuatan. Begitu juga, tidak ada faedahnya teori-teori atau penemuan-penemuan yang ditemukan seorang ilmuwan jika tidak diubah menjadi perbuatan nyata. Kerana wujud dari pengetahuan itu adalah amal dan karya nyatanya.

Ilmu tanpa diiringi dengan amal maka hanya berupa konsep-konsep [teori] sahaja. Ilmu yang tidak dilanjutkan dengan perbuatan, mungkin kita dapat menyebutnya sebagai pengetahuan teoritis. Namun, apa faedahnya ilmu teoritis jika kita tidak menerjemahkannya ke dalam ilmu praktikal, dan kemudian meneruskannya menjadi perbuatan yang mendatangkan hasil ?

Jika ilmu tidak diimplementasikan maka akan memberikan impak yang negatif. Salah-satu penyakit sosial yang paling berbahaya yang melanda berbagai umat – termasuk umat Islam – adalah penyakit pemutusan ilmu-khususnya ilmu-ilmu agama –dari amal perbuatan, dan berubahnya ilmu menjadi sekumpulan teori belaka yang jauh dari kenyataan dan penerapan. Padahal, kaedah Islam menekankan bahwa ilmu senantiasa menyeru kepada amal perbuatan. Keduanya tidak ubahnya sebagai dua benda yang senantiasa bersama dan tidak terpisah satu sama lain. Jika amal memenuhi seruan ilmu maka umat menjadi baik dan berkembang. Namun jika tidak, maka ilmu akan meninggalkan amal perbuatan, dan dia akan tetap tinggal tanpa memberikan faedah apa pun. Jika demikian nilai apa yang dimiliki seorang manusia yang mempunyai segudang teori dan pengetahuan namun tidak mempraktikkannya dalam dunia nyata.

Pertalian ilmu dengan amal tidak hanya dituntut dari para pelajar agama dan para ahli yang mendalami suatu ilmu, melainkan juga dituntut dari setiap orang, baik yang memiliki ilmu sedikit ataupun banyak. Namun, tentunya orang-orang yang berilmu memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam hal ini, kerana mereka memiliki kemampuan yang lebih.

Allah SWT berfirman di dalam surat Ash-Shaff, ayat (2-3) :

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Sungguh besar murka Allah kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

Jika kita memperhatikan ayat-ayat al-Quran, niscaya kita akan menemukan bahwa al-Quran senantiasa menggandengkan ilmu dengan amal. Makna ilmu diungkapkan dalam bentuk kata iman pada banyak tempat, dengan pengertian bahawa iman adalah ilmu atau keyakinan.

Di antaranya ialah :

“ Demi Masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan kebajikan.”

[ Surah. Al-‘Ashr: 1-3 ].

Dalam ayat  lain dikatakan :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, bagi mereka adalah syurga Firdaus menjadi tempat tinggal.”

[ Surah Al-Kahf : 107 ].

Demikian juga dengan ayat:

“Orang-orang yang beriman  dan beramal saleh, bagi mereka kebahagian dan tempat kembali yang baik.”

[ Surah Ar-Ra’d : 29 ]

Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang betapa ilmu dan amal soleh memiliki kaitan yang erat yang tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Kerana keduanya umpama dua keping mata wang, yang saling memberi erti. Inilah yang sejalan dengan ucapan Imam Ali a.s:

“Iman dan amal adalah dua saudara yang senantiasa beriringan dan dua sahabat yang tidak berpisah. Allah tidak akan menerima salah satu dari keduanya kecuali disertai sahabatnya.”

Dengan perspektif keterpaduan ilmu dan amal, maka akan memberikan perkembangan kearah perbaikan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat akan berlumba-lumba dalam memberikan amal yang soleh diantara satu sama lain.

Imam Ali as berkata : “Jangan sampai ilmumu menjadi kebodohan dan keyakinanmu menjadi keraguan. Jika engkau berilmu maka beramal lah, dan jika engkau yakin maka majulah.” Dengan ilmu yang benar, serta amal  soleh maka masyarakat bergerak dari kebodohan menuju kepintaran, dari ketertinggalan menuju kemajuan dan dari  kehancuran menuju kebangkitan.

Tanthawi dalam tafsir al-Jauhari menjelaskan: “Sesung­guhnya yang takut kepada Allah, adalah para ulama yang tahu terhadap apa-apa yang layak (patut) bagi dzat Allah dan sifat-sifat Nya berupa pensucian, ketaatan dan keikhlasan dalam beribadah. Adapun orang-orang yang bodoh terhadap dzat Allah dan sifat-sifat Nya mereka tidak takut kepada Nya dan tidak takut terhadap siksaan Nya kerana mereka telah dikuasai syaitan”.

Sedangkan Zaid bin Jubair menyebut “rasa takut adalah sesuatu yang menjadi penghalang kamu dari mendurhakai Allah”.

Rasa takut (khasyyah) itu akan muncul jika seorang alim itu memiliki iman yang kuat. Kerana itu, dalam surah al-Mujadilah (58) : 11 ditegaskan bahwa Allah mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu.

Jadi syarat seorang alim yang diangkat derajatnya harus beriman. Di sisi lain, hubungan antara ilmu dan iman saling berkaitan. Semakin tinggi ilmu seseorang semakin mantap imannya. Sebaliknya, semakin kuat iman seseorang semakin gemar mengkaji ilmu pengetahuan.

Seorang ilmuwan (Alim) dalam pengertian di atas, mesti memanfaatkan ilmunya untuk kebaikan diri dan lingkungannya. Orang berilmu tidak boleh merosak alam dengan perilaku-perilaku yang rakus dan serakah mengeksploitasi alam. Seorang alim juga tidak boleh melakukan kemaksiatan atau memfasilitasinya kerana tindakan itu bertolak belakang dengan sikap “takut” pada-Nya sehingga mengundang azab/kutukan Tuhan.

Allahua'lam ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar