"Segala Puji bagi Allah yang telah mempertemukan kita lewat blog ini, Semoga Shalawat serta Salam selalu tercurah kepada Qudwah kita Nabi Allah Muhammad SAW.,beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman"

Rabu, 24 Juli 2013

Ada yang bertanya : Maunya Allah itu yang seperti apa/yg bagaimana???......

Maunya Allah atau kehendaknya Allah itu adalah segala sesuatu yang terjadi padamu, itulah maunya Allah, itulah nyatamu, itulah nyataNYA.

Adapun maumu itu adalah segala sesuatu yang engkau angan-angankan, engkau bayang-bayangkan, engkau cita-citakan, engkau idam-idamkan, itu semualah "maumu sendiri".......

Hidup didalam "maunya Allah", adalah hidup yang selalu dalam "kenyataan hidup", hidup yang selalu dalam "kekinian hidup", selalu saat ini. Tidak ada bayangan atau angan-angan esok, ataupun kenangan kemarin, selalu dalam kekinian.

Engkau bisa hidup dalam maumu sendiri, dan mengikuti angan-anganmu sampai kepanjangan angan-angan, lalu setiap angan-angan yg tak berhasil menjadi kenyataan akan membawa kekecewaan demi kekecewaan hidup. spt itulah hidup dibawah bayangan-bayangan.

Atau engkau bisa mulai belajar hidup dalam kekinian selalu, mengikuti maunya Allah selalu, tanpa angan-angan dan bayangan-bayangan lagi. Spt inilah hidup yg tanpa bayangan lg, hidup yang sejati itu adalah hidup tanpa bayangan lagi. besok kita fikir besok saja, kalau mmng masih ada besok, yg penting saat ini kita ttp dalam "kebahagiaan" menyambut setiap kehendakNYA. sbb jika manusia blm bs bahagia mnerima kehendakNYA, ia belum bs ridho terhadapNYA, itu akan membuat DIA pun tdk ridho terhadap org trsbt. sama2 ridho..........

Selasa, 23 Juli 2013

ASAL USUL HAJAR ASWAD



Bismillahirrohmaanirrahim....
Ketika Nabi Ibrahin a.s bersama anaknya membangun kembali (meninggikan) Ka’bah yang dahulunya sudah dibangun oleh Nabi Adam a.s, mereka mendapati banyak kekurangan yang harus dilengkapinya. Pada waktu itu Ka’bah belum beratap dan tidak ada pintu masuk. Maka Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail bahu-membahu dalam pengadaannya dengan mengangkut batu dari berbagai gunung.
Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa ketika pembinaan Ka’bah itu selesai, ternyata Nabi Ibrahim a.s masih merasakan kekurangan sebuah batu lagi untuk diletakkan di Ka’bah. Nabi Ibrahim berkata kepada Nabi Ismail, “Pergilah engkau mencari sebuah batu yang akan aku letakkan sebagai penanda bagi manusia”.
Kemudian Nabi Ismail a.s pun pergi drai satu bukit kebukit lainnya guna mencari batu yang baik dan sesuai. Ketika Nabi Ismail sedang mencari batu di sebuah bukit, datanglah Malaikat Jibril a.s memberikan sebuah batu cantik. Nabi Ismail dengan segera membawa batu itu di kepada ayahnya. Nabi Ibrahim a.s merasa gembira melihat batu yang sungguh cantik itu, beliau menciumnya beberapa kali. Kemudian Nabi Ibrahim a.s bertanya,”Dari mana kamu dapat batu ini?”. Nabi Ismail berkata, “Batu ini kuterima dari (makhluk) yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu (Jibril).”
Nabi Ibrahim mencium lagi batu itu dan diikuti oleh Nabi Ismail. Dari sejak itu hingga sekarang batu yang kemudian dikenal dengan Hajar Aswad itu selalu dicium oleh kaum muslimin yang pergi ke Baitullah. Siapa saja yang bertawaf di Ka’bah di sunnahkan mencium Hajar Aswad. Beratus ribu kaum muslimin berebut ingin mencium batu tersebut. Dan yang tidak mampu menciumnya cukuplah dengan memberikan isyarat lambaian tangan saja. Ada riwayat menyatakan bahwa dulunya batu Hajar Aswad itu putih bersih, tetapi akibat dicium oleh setiap orang yang datang menziarahi Ka’bah, ia menjadi hitam sebagaimana sekarang. Wallahu’alam.
Apabila manusia mencium batu itu maka timbullah perasaan seolah-olah dia mencium ciuman Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Ingatlah wahai saudara-saudaraku, Hajar Aswad itu merupakan satu tempat diperkenankannya do’a. Bagi yang ada kelapangan, berdo’alah disana, Insya Allah do’anya akan dikabulkan oleh Allah Swt. Jagalah hati kita sewaktu mencium Hajar Aswad supaya tidak menyekutukan Allah, sebab tipu daya syaithan begitu kuat di Tanah Suci Mekkah.
Ingatlah kata-kata Khalifah Umar bin Khattab r.a ketika beliau mencium batu itu (hajar Aswad): “Aku tahu, sesungguhnya engkau hanyalah batu biasa. Andaikan aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, sudah tentu aku tidak akan melakukannya (mencium Hajar Aswad).
Semoga yang belum pergi Ibadah Haji, Allah melapangkan dan memudahkan kita untuk menunaikan rukun Islam ke-5 tersebut.
Aamiin Ya Allah...........
Wallahu’alam bishshowab..
Semoga Bermanfaat..

Sabtu, 20 Juli 2013

AKIBAT YG MENGERIKAN DARI MENINGGALKAN SHALAT ... (Na'udzubillah!) ...

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... "Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku." (QS:Ibrahim:40)

Barang siapa melalaikan sholat, Allah SWT akan menyiksanya dengan 15 siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal, tiga siksaan di alam kubur, tiga siksaan saat bertemu dengan Allah SWT.

Ketika Malaikat Jibril turun dan berjumpa dengan Rasulullah SAW, ia berkata, “Wahai Muhammad, Allah tidak akan menerima puasa, zakat, haji, sedekah, dan amal saleh seseorang yang meninggalkan sholat. Ia dilaknat di dalam Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Quran.

Demi Allah, yang telah mengutusmu sebagai nabi pembawa kebenaran, sesungguhnya orang yang meninggalkan sholat, setiap hari mendapat 1.000 laknat dan murka. Para malaikat melaknatnya dari langit pertama hingga ketujuh.

Orang yang meninggalkan sholat tidak memperoleh minuman dari telaga surga, tidak mendapat syafaatmu, dan tidak termasuk dalam umatmu. Ia tidak berhak dijenguk ketika sakit, diantarkan jenazahnya, diberi salam, diajak makan dan minum.

Ia juga tidak berhak memperoleh rahmat Allah.Tempatnya kelak di dasar neraka bersama orang-orang munafik, siksanya akan dilipatgandakan, dan di hari kiamat ketika dipanggil untuk diadili akan datang dengan tangan terikat di lehernya.

Para malaikat memukulinya, pintu neraka jahanam akandibukakan baginya, dan ia melesat bagai anak panah ke dalamnya, terjun dengan kepala terlebih dulu, menukik ke tempat Qorun dan Haman di dasar neraka.

Ketika ia menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, makanan itu berkata, ‘Wahai musuh Allah, semoga Allah melaknatmu, kamu memakan rezeki Allah namun tidak menunaikan kewajiban-kewajiban dari-Nya.’

Ketahuilah, sesungguhnya bencana yang paling dahsyat, perbuatan yang paling buruk, dan aib yang paling nista adalah kurangnya perhatian terhadap sholat lima waktu, sholat Jumat, dan sholat berjama'ah. Padahal, semua itu ibadah-ibadah yang oleh Allah SWT ditinggikan derajatnya, dan dihapuskan dosa-dosa maksiat bagi siapa saja yang menjalankannya.

Orang yang meninggalkan sholat karena urusan dunia akan celaka nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahnya, dan panjang penyesalannya. Ia dibenci Allah, dan akan mati dalam keadaan tidak Islam, tinggal di neraka Jahim atau kembali ke neraka Hawiyah.”

Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa meninggalkan sholat hingga terlewat waktunya, lalu mengadanya, ia akan disiksa di neraka selama satu huqub (80 tahun).... Sedangkan ukuran satu hari di akhirat adalah 1.000 tahun di dunia.” Demikian tertulis dalam kitab Majalisul Akbar.

Sementara dalam kitab Qurratul Uyun, Abu Laits Samarqandi menulis sebuah hadis, “Barang siapa meninggalkan sholat fardu dengan sengaja walaupun satu sholat, namanya akan tertulis di pintu neraka yang ia masuki.” Ibnu Abbas berkata, ”Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda, ‘Katakanlah, ya Allah, janganlah salah seorang dari kami menjadi orang-orang yang sengsara.’

Kemudian Rasulullah SAW bertanya, ‘Tahukah kamu siapakah mereka itu?’ Para sahabat menjawab, ‘Mereka adalah orang yang meninggalkan sholat. Dalam Islam mereka tidak akan mendapat bagian apa pun’.

Disebutkan dalam hadis lain, barang siapa meninggalkan sholat tanpa alasan yang dibenarkan syariat, pada hari kiamat Allah SWT tidak akan memedulikannya, bahkan Allah SWT akan menyiksanya dengan azab yang pedih.

Diriwayatkan, pada suatu hari Rasulullah SAW berkata, ”Katakanlah, ya Allah, janganlah Engkau jadikan seorang pun di antara kami celaka dan diharamkan dari kebaikan.”“Tahukah kalian siapakah orang yang celaka, dan diharamkan dari kebaikan?”“Siapa, ya, Rasulullah?” “Orang yang meninggalkan sholat,” jawab Rasulullah.

Dalam hadis yang berhubungan dengan peristiwa Isra Mi'raj, Rasulullah SAW mendapati suatu kaum yang membenturkan batu ke kepala mereka. Setiap kali kepala mereka pecah, Allah memulihkannya seperti sedia kala.

Demikianlah mereka melakukannya berulang kali. Lalu, beliau bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”
“Mereka adalah orang-orang yang kepalanya merasa berat untuk mengerjakan sholat,” jawab Jibril.

Diriwayatkan pula, di neraka Jahanam ada suatu lembah bernama Wail. Andaikan semua gunung di dunia dijatuhkan ke dalamnya akan meleleh karena panasnya yang dahsyat. Wail adalah tempat orang-orang yang meremehkan dan melalaikan sholat, kecuali jika mereka bertobat.

Bagi mereka yang memelihara sholat secara baik dan benar, Allah SWT akan memuliakannya dengan lima hal, dihindarkan dari kesempitan hidup, diselamatkan dari siksa kubur, dikaruniai kemampuan untuk menerima kitab catatan amal dengan tangan kanan, dapat melewati jembatan shirathal mustaqim secepat kilat, dan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.

Dan barang siapa meremehkan atau melalaikan sholat, Allah SWT akan menyiksanya dengan 15 siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal, tiga siksaan di alam kubur, dan tiga siksaan saat bertemu dengan Allah SAW.

Adapun enam siksaan yang ditimpakan di dunia adalah dicabut keberkahan umurnya, dihapus tanda kesalehan dari wajahnya (pancaran kasih sayang terhadap sesama), tidak diberi pahala oleh Allah semua amal yang dilakukannya, doanya tidak diangkat ke langit, tidak memperoleh bagian doa kaum salihin, dan tidak beriman ketika roh dicabut dari tubuhnya.

Adapun tiga siksaan yang ditimpakan saat meninggal dunia ialah mati secara hina, mati dalam keadaan lapar, dan mati dalam keadaan haus. Andai kata diberi minum sebanyak lautan, ia tidak akan merasa puas.

Sedangkan tiga siksaan yang didapat dalam kubur ialah, kubur mengimpitnya hingga tulang-belulangnya berantakan, kuburnya dibakar hingga sepanjang siang dan malam tubuhnya berkelojotan menahan panas, tubuhnya diserahkan kepada seekor ular bernama Asy-Syujaul Aqra. Kedua mata ular itu berupa api dan kukunya berupa besi, kukunya sepanjang satu hari perjalanan.

”Aku diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyiksamu, karena engkau mengundurkan sholat Subuh hingga terbit matahari, mengundurkan sholat Zuhur hingga Asar, mengundurkan sholat Asar hingga Magrib, mengundurkan sholat Magrib hingga Isya, dan mengundurkan sholat Isya hingga Subuh,” kata ular itu. Setiap kali ular itu memukul, tubuh mayat tersebut melesak 70 hasta, sekitar 3.000 meter, ke dalam bumi.

Ia disiksa dalam kubur hingga hari kiamat. Di hari kiamat, di wajahnya akan tertulis kalimat berikut: Wahai orang yang mengabaikan hak-hak Allah, wahai orang yang dikhususkan untuk menerima siksa Allah, di dunia kau telah mengabaikan hak-hak Allah, maka hari ini berputus asalah kamu dari rahmat-Nya.

Adapun tiga siksaan yang dilakukan ketika bertemu dengan Allah SWT adalah, pertama, ketika langit terbelah, malaikat menemuinya, membawa rantai sepanjang 70 hasta untuk mengikat lehernya.

Kemudian memasukkan rantai itu ke dalam mulut dan mengeluarkannya dari duburnya. Kadang kala ia mengeluarkannya dari bagian depan atau belakang tubuhnya.

Malaikat itu berkata, ”Inilah balasan bagi orang yang mengabaikan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah.” Ibnu Abas berkata, ”Andai kata satu mata rantai itu jatuh ke dunia, niscaya cukup untuk membakarnya.”

Kedua, Allah tidak memandangnya.

Ketiga, Allah tidak menyucikannya, dan ia memperoleh siksa yang amat pedih. Demikianlah ancaman bagi orang-orang yang sengaja melalaikan sholat.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang bersegera menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya. Amin..

Rasulullah SAW bersabda, “Sembahlah Allah seakan engkau melihat-Nya. Apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Wallahu a'lam bish-shawab ...

Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah ..

Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....

Kelezatan Tiada Bandingnya








Ali radhiallahu anhu mengatakan, ada 4 momen kebaikan tertentu yang paling berat dilakukan. Yakni memaafkan ketika marah, berderma ketika pailit, menjaga diri dari dosa (iffah) ketika sendirian dan menyampaikan kebenaran pada orang yang ditakuti keburukannya atau diharapkan kebaikannya.

Renungkanlah. Momen-momen seperti itu sebenarnya yang sering menjadi celah rawan perampasan dan pencurian syetan. Sulit sekali kita memberi maaf ketika justru amarah seseorang meletup-letup dan dalam kondisi kita mampu melampiaskan amarah. Sulit sekali memberi, apapun, ketika kita sendiri sangat membutuhkannya. Sulit sekali memelihara diri dari dosa, bila kesempatan untuk melakukannya berulangkali terbuka lebar di depan mata kita, dan tidak ada orang lain yang mengetahui kita jika kita melakukannya.
Lalu, seberapa mampu kita menyampaikan kebenaran pada orang yang kita takuti? Dan seberapa mampu kita menyampaikan kebenaran yang bisa menyakiti orang yang kita menanam harapan kepadanya? Itulah momen-momen yang sering membuat manusia tergelincir.

Ada satu kata yang sangat singkat untuk mengatasinya. Keikhlasan. Itu kuncinya. Keikhlasan membawa seseorang mudah memaafkan di kala marah. Ikhlas juga yang menjadikan seseorang ringan memberi meski ia membutuhkan. Ikhlas, yang membuat seseorang tak memandang situasi dalam beramal dan menjauhi maksiat, meski tak seorangpun melihat. Ikhlas juga yang membuat orang tak memandang risiko apapun dalam ia menyampaikan kebenaran.

Berkat ikhlas, Rasulullah saw tercatat berhasil melewati momen-momen rawan tersebut. Rasul adalah sosok yang paling mudah memberi maaf, paling banyak memberi laksana angin, paling terpelihara dari penyimpangan di manapun, paling berani menyampaikan kebenaran pada siapapun. Benarlah ucapan Ibnul Jauzi rahimahullah, “Barangsiapa mengintip pahala (yang dituai karena keikhlasan), niscaya menjadi ringanlah tugas yang berat.” (Ar Raqa-iq, Muhammad Ahmad Rasyid)

Lihatlah wujud ketulusan dari keikhlasan lain yang dimiliki Ibnu Abbas. “Bila aku mendengar berita tentang hujan yang turun di suatu daerah, maka aku akan gembira meskipun aku di daerah itu tak mempunyai binatang ternak atau padang rumput. Bila aku membaca sesuatu ayat dari Kitabullah, maka aku ingin agar kaum muslimin semua memahami ayat itu seperti apa yang aku ketahui.”

Orang seperti Ibnu Abbas tak pernah memikirkan apa yang ia peroleh dari kebaikan yang ia lakukan. Ia cukup merasa bahagia, hanya dengan mendengar informasi kebaikan yang mungkin tidak terkait langsung dengan kepentingan pribadinya. Lebih dalam lagi keikhlasan yang diungkapkan oleh Imam Syafi’I, “Aku ingin kalau ilmu ini tersebar tanpa diketahui bila aku yang menyebarkannya….”

Dengan keikhlasan, kita jadi tak mudah diperdaya oleh nafsu. Dan itulah nikmat yang hanya dirasakan para mukhlisain. Seperti tertuang dalam nasihat Ibnul Qayyim, bahwa mengutamakan kelezatan iffah (menjaga diri dari perbuatan durhaka), lebih lezat daripada kelezatan maksiat. Dalam kesempatan lain ia mengatakan, “Rasa sakit (akibat azab Allah) yang ditimbulkan dari mengikuti hawa nafsu, lebih dahsyat daripada kelezatan sesaat yang dirasakan karena memperturutkan hawa nafsu.

Begitulah. Sampai akhirnya kita benar-benar mengerti dan meresapi perkataan salafusalih yang dikutip Syaikh Ahmad Muhammad Rasyid dalam Al Awa’iq, “Fi quwwati qahril hawa ladzah, taziidu alaa kulli ladzah.” Berusaha sekuat tenaga menekan hasa nafsu itu adalah kelezatan. Kelezatan yang berada di atas kelezatan…… 

Wallahu'alam Bish Showab

Semoga Bermanfaat
Salam Santun dariku ^^

Jumat, 19 Juli 2013

Umur Yang Mencair Seperti Es






Cepat sekali waktu berlalu. Mengalir tak pernah berhenti. Jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik, bergerak. Waktu tak dapat ditunda, tak dapat ditahan dan tak mungkin ada yang mampu mengulang. Itu artinya, usia kita pun berkurang. Kita… semakin dekat ke liang lahat.

Saudaraku, entah, apakah pertambahan dan perguliran waktu itu, berarti mendekatkan diri kita pada kenikmatan surga. Atau mendekatkan kita pada kesengseraan neraka. Nauzubillah….

Rasul saw. Menyifatkan cepatnya perjalanan waktu kehidupan seperti perjalanan seorang musafir yang hanya sejenak berhenti di bawah pohon di tengah perjalanan yang amat panjang. Para ulama juga banyak menguraikan ilustrasi tentang hidup yang amat singkat ini. “Umurmu akan mencair seperti mencairnya es, “ kata Imam Ibnul Jauzi. (Luthfu fil Wa’z, 31)

Saudaraku, sahabatku,
Semoga Allah memberkahi sisa usia kita, Permasalah terbesar setiap orang adalah ketika kecepatan umur dan waktu hidupnya tidak seiring dengan kecepatannya untuk menyelamatkan diri dari penderitaan abadi di akhirat.

Ketika, usia yang sangat terbatas itu tidak berfungsi sebagai pelindung diri dari beratnya adzab dan siksa Allah swt.

Di saat, banyaknya hembusan dan tarikan nafasnya tak sebanding dengan upaya dan jihadnya untuk terhindar dari lubang kemurkaan Allah.

Ketika, jumlah detak jantung dan aliran darah yang di pompa di dalam tubuhnya, tak sebanyak gerak dan tingkahnya untuk menjauhi berbagai kemaksiatan yang dapat memunculkan kesengsaraan akhirat.

Saudaraku,
Sesungguhnya jiwa kita adalah milik Allah dan kepada-Nya lah jiwa ini akan kembali….

Suasana hati seperti inilah yang perlu kita tumbuhkan. Adakah di antara kita yang tidak mempunyai dosa? Atau merasa mampu menebus kotoran dan dosa yang telah dilakukan selama puluhan tahun usia yang telah lewat? Tentu tidak. Perasaan kurang, merasa banyak melakukan kemaksiatan, lalu menimbulkan penyesalan adalah bagian dari pintu-pintu rahmat Allah yang akan mengantarkan kita pada taubat. Suasana hati seperti inilah yang akan mendorogn pemilikinya bertekad mengisi hari dengan amal yang lebih untuk menebus kesalahan yang lalu.

Saurdaraku, mari menangguk pahala, meraih rahmatdan ampunan Allah sebanyak-banyaknya seekarang juga. Perbanyaklah dzikir bersedekah, berjihad dan beramal shalih…..Tak ada kata terlambat untuk melakukan kebaikan. Sekarang dan jangan tunda-tunda lagi niat baik kita…. Semoga Allah meneguhkan kekuatan kita untuk melakukan kebaikan yang kita niatkan…
Amiiin.


Maka, Menangislah Seterusnya




 

Kalau saja Allah swt mengabulkan permintaan Musa alaihi salam untuk bisa melihat wajah-Nya, kalau saja Allah menghapuskan keterbatasan yang dimiliki oleh sepasang mata manusia untuk bisa melihat semuanya tanpa batas ruang dan waktu, dan kalau saja Allah menghendaki setiap manusia bisa melihat jauh kebelakang dan menatap masa depan, tentulah semua manusia akan bertaqwa kepada-Nya.

Tentu ada hikmah dibalik keterbatasan mata yang Allah berikan, tentu besar pula pelajaran yang diambil Musa saat Allah berniat mengabulkan permintaannya untuk melihat bentuk Tuhan semesta alam. Saat itu, cahaya kemilauan hampir saja membutakan mata saudara Harun alaihi salam itu, padahal Allah baru sekedar berniat memperlihatkan wajah agung-Nya.

Melihat jauh sampai ke ujung rel saat kita berada ditengah-tengah rel kereta api saja kita sudah tak mampu. Takkan kuat mata memandang terik sang surya secara terus menerus, sepasang mata ini pun takkan mampu menembus apa yang ada dibalik ruang, tak mampu menengok jauh ke peristiwa lampau dan takkan pernah sanggup menerawang kedepan sebelum kita benar-benar melalui masa tersebut.

Tentu ada hikmah ketika Allah tak mengizinkan sepasang mata ini melakukan hal diluar keterbatasan itu. Bayangkan jika manusia bisa memandang wajah Allah yang maha Agung -nikmat ini hanya bisa didapati oleh mereka yang menempati surga Allah kelak- tentu tidak ada manusia yang sombong, merasa lebih besar, lebih hebat, dan lebih segalanya.

Bayangkan pula jika manusia diberi kesempatan Allah untuk melihat masa lalu dengan segala apa yang pernah dilakukannya tanpa batas ruang dan waktu, tentu tidak ada manusia yang ingin hidup lebih lama menyaksikan tumpukkan dosa yang menggunung.

Bayangkan pula jika manusia mampu menerobos ruang waktu terdepan kehidupan manusia, tentu tidak satupun manusia yang tertawa dalam hidupnya karena menyaksikan betapa menyayatnya sakaratul maut, pedihnya siksa kubur, panasnya api neraka Allah dan dahsyatnya yaumil akhir.
Astaghfirullaahal adziim.

Tentu, saat Allah tetap memberikan keterbatasan atas sepasang mata pemberianNya ini.

Sungguh berbahagialah orang-orang yang tetap tunduk atas keagungan Allah yang maha besar.

Sungguh berbahagialah mereka yang kerap menangis dalam mengingat mati, membayangkan pedihnya azab Allah seraya mengais agar Allah menyertakannya dalam golongan yang menerima nikmatnya surga, berharap Baginda Rasulullah mengenalinya sebagai ummatnya di akhirat kelak.

Sungguh, titik-titik air mata yang kerap membasahi saat sujud kita, ia akan menjadi saksi betapa takutnya kita akan azab Allah, dan betapa berharapnya kita akan pertolongan-Nya.

Wallahu a'lam bishshowaab.