Kepada kalian yang
mempertautkan hati di jalan dakwah.
Kepada kalian yang menjalin
ikatan kasih dalam indahnya ukhuwah.
Kepada kalian yang merindukan
tegaknya syari’ah.
Kepada kalian kami tulis
sebuah surat cinta.
Karena bersama kalian kita
temukan cinta di jalan dakwah.
Kasih dalam jihad fi
sabilillah...
Teruntukmu para aktivis
dakwah,
Dakwah berdiri di atas aqidah
yang kokoh, ibadah dan ilmu yang shohih, niat yang lurus, dan iltizam yang kuat.
Dakwah adalah proyek besar
membangun peradaban umat.
Dakwah adalah jalan yang
sukar dan terjal.
Dakwah adalah jalan yang
sangat panjang.
Dakwah penuh dengan gangguan,
cobaan, dan ujian.
Dakwah bukan jalan yang
ditaburi bunga dan wewangi kesturi.
Dakwah butuh komitmen yang
kuat dari pengembannya.
Dakwah memerlukan kemurahan
hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharapkan hasil, tanpa putus asa, dan
putus harapan.
Dakwah butuh pengorbanan dan
kesungguhan.
Dakwah butuh kesabaran dan
keistiqomahan.
Teruntukmu para pejuang,
Sudah teguhkah azzam yang kau
pancang?
Benarkah perjuanganmu karena
ALLAH?
Mundurlah, dan luruskan
kembali niatmu, jika:
Nafsumu masih merajaimu.
Kilauan permata masih
menyilaukanmu.
Kesenangan dunia masih
melenakanmu.
Syaitan masih bersarang di
dadamu dan menjadi teman setiamu.
Kenikmatan semu masih
membuaimu dan menutup mata batinmu.
Percayalah, semua itu adalah
keindahan sesaat yang akan menggoyahkan tekadmu. Allah Azza Wa Jalla sengaja
ciptakan itu sebagai ujian bagimu!
Berbahagialah jika kau
menjadikan Allah Azza Wa Jalla sebagai tujuan akhirmu, puncak kerinduanmu. Dan
jadilah antum sebagai orang-orang yang beruntung!
Untukmu jiwa-jiwa yang
merindukan kemenangan.
Untuk setiap diri yang
mengaku sholih.
Untuk mereka yang mengajak
kepada jalan yang lurus.
Untuk mereka yang saling
menasehati dalam kebenaran dan kebaikan.
Ketika jalan yang kalian
tempuh begitu sukar, ketika amanah yang kalian emban begitu berat, ketika
tanggung jawab yang kalian pikul begitu banyak, terkadang kalian lupa dengan
azzam yang kalian tanam sebelumnya, kalian lalai dan terlena. Kalian lupa
membersihkannya, membidiknya, mengontrolnya, memuhasabahinya, dan lupa untuk
meluruskannya kembali.
Apakah dunia yang fana lebih
kau cintai daripada kampung akhirat yang kekal abadi?
Duhai para pecinta ALLAH.
Duhai yang meneladani
Muhammad Rasulullah.
Duhai yang menjadikan
Al-Qur’an sebagai pedomannya.
Duhai yang berjihad
dijalan-Nya dengan sebenar-benarnya jihad.
Duhai yang memburu syahid
sebagai cita-cita tertingginya.
Dakwah telah memanggilmu!
Umat menunggu pencerahan
darimu!
Letih sudah mata ini
menyaksikan kemaksiatan merajalela.
Lelah sudah kaki melangkah,
karena setiap jengkal yang dipijak, bumi merasa terdzolimi oleh manusia-manusia
tak beradab.
Lunglai tubuh ini ketika
mendapati hukum-hukum Allah diganti dengan hukum-hukum makhluk yang hanya
menebar kerusakan.
Perih hati ini ketika
menemukan thogut-thogut bersarang di dalamnya.
Menangis batin ini
menyaksikan saudara-saudara seiman, seislam, dan seaqidah saling caci, saling
menyalahkan, saling bermusuhan.
Lalu ke mana perginya
ukhuwah? Apakah ukhuwah hanya berlaku pada segolongan atau sekelompok umat yang
bernaung dalam satu jama’ah?
Wahai yang mengaku diri
aktivis haroki,
Sudah benarkah aktivitas yang
antum jalani dalam menyeru manusia ke jalan ALLAH? Serulah dirimu sebelum kau
menyeru orang lain.
Sudahkah ghiroh yang kau
miliki kau poles dengan ilmu yang shohih? Karena semangat saja belum cukup!
Teruslah tholabul’ilm...
Sudah efektifkah
syuro’-syuro’ antum? Apa yang ada dalam syuro’ hanya obrolan sia-sia yang
mengundang tawa? Senda gurau tak bermakna? Tak ada lagi kesungguhan dan fokus
menyelesaikan masalah? Terlalu banyak basa-basi dan kata-kata tak berarti?
Bagaimana cara antum
merumuskan, mengatur strategi jitu, menyusun konsep, menetapkan target,
men-SWOT, dan lain sebagainya, sudah syar’ikah? Sudahkah antum pantau terus
niatmu agar tetap lurus di awal, di tengah, sampai ke penghujungnya? Di sini
niat dan tujuan harus selalu di luruskan. Bukan demi keegoisan masing-masing
individu atau jama’ah, tapi demi tegaknya Dienullah.
Lalu, bagaimana kenyataanya
di lapangan? Teknis yang telah antum usahakan bersama? Apakah ada titik-titik
noda di dalamnya?
Hijab yang semakin longgar,
virus merah jambu yang semakin menyebar, ukhuwah yang kian memudar, barisan
yang terpencar. Atau mungkin sms-sms taujih yang menyebar di kalangan ikhwan
dan akhwat yang kemudian mengotori hati-hati mereka, menodai niat tulus mereka.
Dari kata-katanya, ada rasa kagum pada ghirohnya, salut pada keteguhannya,
simpatik pada ke-haroki-annya, dan tersanjung pada perhatiannya. Benih-benih
inilah yang akan tumbuh bersemi di hati dan mengefek pada amal sehari-hari.
Mungkin saja
fenomena-fenomena itu yang mengurangi keberkahan dakwah sehingga ALLAH ‘Azza Wa
Jalla belum mau menghadiahkan kemenangan itu pada kita! Karena di samping
menyeru kepada kebenaran, tentara-tentara Allah itu juga mengandeng
kemaksiatan, apapun bentuknya!
Ikhwahfillah...
Wahai yang masih memiliki
hati tempat bersemayamnya iman, apakah ia tidak lagi bergetar kala ayat-ayatNya
diperdengarkan? Apakah ia tidak lagi geram ketika melihat kemungkaran terjadi
di hadapannya?
Wahai yang memiliki mata yang
dengannya antum bisa melihat indah dunia, apakah ia tak lagi menangis saat di
kabarkan tentang azab, ancaman, dan siksaan? Apakah ia tak lagi meneteskan
cairan hangatnya ketika bangun di tengah malam dalam sujud-sujud panjang?
Apakah ia tak lagi
mengalirkan butiran-butiran beningnya ketika melihat saudaranya yang seaqidah
di dzolimi, dirampas hak-haknya, dilecehkan dan di aniaya, bahkan dibunuh
karena mempertahankan Diennya?
Kemana kalian wahai aktivis
dakwah?
Di mana kini antum berada?
Sedang bersantai ria di kamar
sambil mendengar nasyid kesukaan?
Terbuai di atas kasur dengan
bantal empuk dan selimut tebal?
Bersenda gurau bersama
kawan-kawan?
Membaca novel-novel picisan?
Atau...sedang melamun
memikirkan sang pujaan?
Wahai aktivis dakwah, sungguh
perasaan itu fitrah! Kau pun sering berdalih bahwa itu adalah anugerah. Sesuatu
yang tak bisa dinafikan keberadaannya, tak bisa dielakkan kehadirannya. Cinta
memang datang tanpa diundang. Cinta memang tak mampu untuk memilih, kepada
siapa dia ingin hinggap dan bersemi. Dia bias menghuni hati siapapun juga, tak
terkecuali aktivis dakwah! Sekali lagi, cinta itu fitrah!
Namun wahai ikhwah yang
mewarisi tongkat estafet dakwah, bisa jadi perasaanmu itu menghalangimu untuk
mengoptimalkan kerja dakwahmu.
Bisa jadi perasaanmu itu
mengganggu aktivitas muliamu.
Bisa jadi perasaanmu itu
mengusik hatimu untuk mundur dari jalan dakwah yang kau tempuh.
Bisa jadi perasaanmu itu
membelenggumu dalam cinta semu.
Dan yang terparah, bisa jadi
perasaanmu itu menggeser posisi Rabbmu dalam tangga cintamu.
Tanpa kau sadari!
Yang kau ingat hanya dia!
Yang terbayang adalah wajahnya. Yang kau pikirkan kala dia menjadi partner
dakwahmu seluruh hidup, membangun pernikahan haroki, menemanimu membina
keluarga dakwah dan menjadikannya abi/ ummi dari jundi-jundi Rabbani...ah
indahnya! Yang ada di sholatmu, dia. Yang ada di tilawahmu, dia. Yang ada di
bacaan al-ma’tsuratmu, dia. Yang ada di benakmu, dia. Yang ada di aktivitasmu,
dia. Hanya ada dia, dia, dia, dan dia.
Benarkah itu wahai saudaraku?
Mari kita jawab dengan
serentak...na’udzubillahi min dzaalik!
Ke mana cinta ALLAH dan
Rasul-Nya kau tempatkan?
Di mana dakwah dan jihad kau
posisikan?
Astaghfirullahal’adziim...
Dakwah hanya dimenangkan oleh
jiwa-jiwa bermental baja, bertekad besi, berhati ikhlas.
Orang-orang beriman yang
mengatasi persoalan dengan ilmu yang shohih dan memberi teladan dengan amal.
Perjalanan panjang ini
membutuhkan mujahid/ah perkasa yang mampu melihat rintangan sebagai tantangan,
yang melihat harapan di balik ujian, dan menemukan peluang di sekeliling
jebakan.
Ke mana militansi yang antum
miliki?
Ke mana ghiroh membara yang
antum punya?
Pejuang sejati adalah mereka
yang membelanjakan hartanya di jalan dakwah, menjual dunianya untuk akhiratnya,
mengorbankan nyawanya demi jihad fisabilillah, menggunakan seluruh waktu dan
sisa umurnya untuk memperjuangkan dan mengamalkan Islam.
Dakwah TIDAK BUTUH
aktivis-aktivis MANJA!
Dakwah TIDAK BISA DIPIKUL
oleh orang-orang CENGENG,MENTAL-MENTAL CIUT, NYALI YANG SETENGAH-SETENGAH, dan
GERAK YANG LAMBAN!
Barisan dakwah harus disterilkan
dari prajurit-parajurit yang memiliki sifat-sifat seperti di atas (manja,
cengeng, mental ciut, nyali setengah-setengah, ragu-ragu, dan lamban bergerak).
Karena, keberadaan mereka hanya akan menularkan dan menyebarkan aroma
kelemahan, kerapuhan, kepasrahan, dan kekalahan di tengah-tengah barisan.
Dakwah butuh pejuang-pejuang
tangguh untuk mengusungnya.
Dakwah butuh orang-orang
cerdas untuk memulainya, orang-orang ikhlas untuk memperjuangkannya,
orang-orang pemberani untuk memenangkannya!
Antumlah
orang-orang terpilih yang mengukir sejarah itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar